Iran sudah Menang, Kembali ke Gaza

teraju
3 Min Read
A fragile ceasefire in the Iran-Israel war appeared to be holding on June 24, after 12 days of strikes that saw Israel and the United States pummel the Islamic republic's nuclear facilities. (Photo by ATTA KENARE / AFP)

Oleh: Farid Gaban

Persepsi warga dunia terhadap Israel berubah dramatis dalam dua tahun belakangan. Di Amerika, sementara elitnya mabuk mendukung Israel, publik makin sadar betapa negeri mereka dijadikan boneka oleh Zionis. Makin terbuka publik Amerika mengkritik perilaku lobi Yahudi (AIPAC) yang mendikte kebijakan pemerintah mereka:

  • Memberi bantuan miliaran dolar ke Israel setiap tahun, sementara kemiskinan dan kesulitan hidup warganya sendiri makin parah.
  • Membela kebrutalan genosida dan apartheid Israel yang bikin Amerika ikut terisolasi dalam pergaulan dunia.
  • Membela Israel dan mendukungnya secara harafiah untuk menyerbu Iran, negeri berdaulat, tanpa alasan yang jelas.

Di masa lalu, publik Amerika sulit mengkritik Israel dan kebijakan AS yang menopangnya karena takut disebut anti-Yahudi (anti-semitik). Kini, sebutan anti-semitik tak lagi menjadi halangan karena istilah itu sudah dimanipulasi oleh Zionis Israel sendiri untuk menjustifikasi kejahatan kemanusiaan yang dilakukannya di Gaza.

Tren perubahan persepsi itu bahkan tidak cuma di Amerika, tapi juga di Eropa. Sementara elitnya masih demen jadi boneka Israel, publik bersuara makin keras terhadap genosida Palestina di Gaza. Gelombang persepsi dan opini publik sedang berbalik ke Zionis Israel yang kehilangan citra moralnya sebagai “satu-satunya negeri demokratis yang beradab di Timur Tengah, di tengah bangsa Arab yang barbar”.

Saya bersyukur kini Iran-Israel sudah menyepakati gencatan senjata. Saatnya publik dunia kembali fokus untuk melihat kebrutalan Israel di Gaza. Kali ini, posisi Israel sudah berantakan secara moral dan politik di hadapan warga dunia. Demonstrasi besar pro-Palestina puluhan ribu orang berlangsung di Den Haag dan Berlin pekan lalu. Serangan balasan Iran, meski tidak menghancurkan Israel, telah merontokkan kredibilitas Israel; menelanjangi mitos-mitos tentangnya. Iran sudah menang, bukan secara militer, tapi secara politik dan moral:

  • Menghancurkan kedok mitos Israel sebagai negeri demokratis yg beradab.
  • Membuka mata dunia bahwa Israel adalah sumber destabilisasi di Timur Tengah. Negara rasis, apartheid dan arogan yang tidak peduli hukum internasional.
  • Menelanjangi hipokrisi para pemimpin AS-Eropa di depan publiknya sendiri, bahwa mereka cuma boneka Zionis Israel.
  • Menunjukkan bahwa seberapapun digdaya, AS dan Israel itu bisa dilawan jika kita punya keberanian seperti Iran.
  • Membongkar mitos Israel yang aman dan tak terkalahkan.
  • Membuktikan betapa telanjang kolonialisme Israel atas Palestina. Warga Israel, yang sebagaian besar imigran Eropa Timur, eksodus balik meninggalkan “tanah yang dijanjikan” di tengah serangan balasan Iran.

Zionis Israel sedang menggerogoti landasan eksistensinya sendiri, meruntuhkan istana pasirnya yang rapuh.

Share This Article
Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *