Oleh: Beni Sulastyo
Kemarin kita sudah belajar serba sedikit dengan Gurunda H. M. Nur Hasan, atau yang akrab disapa Tok Ya. Tentang Pengusaha Mas, juga tentang perlunya para pengelola masjid menyerahkan pengelolaan masjid kepada anak-anak muda.
Nah kali ini, kita akan belajar dengan Gurunda Ustaz Luqmanulhakim. Semoga bermanfaat.
**
Di Masjid Kapal Munzalan, Gurunda Ustaz Luqmanulhakim berperan sebagai Pengasuh. Kalau di Masjid Kapal Munzalan, Pengasuh itu posisinya kira-kira sama dengan posisi seorang top eksekutif. Istilah kerennya, Chief Eksekutif Officer. Disingkat CEO. 🙂
Nah, dalam berbagai kesempatan, saya menganjurkan kepada para sahabat saya untuk belajar kepemimpinan dengan Ustaz Luqmanulhakim. Alasannya selain karena beliau memiliki cakrawala ilmu seluas samudra, beliau juga memiliki prestasi kepemimpinan yang menurut saya sulit dicari tandingannya saat ini.
Saya berikan sedikit ilustrasi tentang “kesaktian” Gurunda Ustaz Luqmanulhakim yang berperan sebagai CEO di Masjid kapal Munzalan sejak tahun 2013. Ilustrasi yang akan saya berikan adalah dalam bentuk data perkembangan aset Masjid Kapal Munzalan yang diolah oleh MASJID ENTERPRISE.
Namun data yang saya sampaikan ini bukanlah data konkrit, melainkan data yang bersifat perkiraan saja.
Ilustrasinya begini.
Pada tahun 2011 Gurunda H.M. Nur Hasan membangun Masjid Kapal Munzalan. Tahun 2012, masjid ini selesai dibangun. Saat itu, biaya yang dikeluarkan oleh Tok Ya kurang lebih Rp 1,5 milyar.
Biaya sebesar itu sudah termasuk untuk membeli sebuah rumah yang berada tepat di depan Masjid Kapal Munzalan yang dibeli atas sumbangan dari H.M. Rahman, sahabat bisnis Tok Ya.
Pada tahun 2012 akhir, Gurunda H.M. Nur Hasan meminta Gurunda Ustaz Luqmanulhakim untuk memimpin pengelolaan Masjid itu. Maka, mulai tahun 2013, Ustaz Luqmanulhakim telah berperan sebagai top eksekutif atau CEO di Masjid kecil di gang sempit yang berkapasitas 200an jamaah itu.
Pada tahun 2018, nilai aset di lingkungan Masjid Kapal Munzalan dihitung oleh Kantor Akuntan Publik. Saat itu, nilai aset yang dibukukan sekitar Rp 15 milyar.
Sementara pada tahun 2020, nilai aset Masjid Kapal Munzalan diperkirakan sekitar Rp 90 milyar. Angka 90 milyar itu sekedar perkiraan saja. Riilnya bisa lebih bisa kurang.
Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan cara Bossman Mardigu saat menganalisis kinerja sebuah BUMN di fanpage beliau. Bosman Mardigu pernah mengatakan bahwa BUMN yang sehat itu mestinya bisa menghasilkan omzet atau pemasukan minimal setara dengan nilai asetnya. Kalau nilai aset BUM itu Rp 1 trilyun, maka omset pertahunnya minimal Rp 1 T. Begitu kata Bossman Mardigu.
Nah di masjid Kapal Munzalan, nilai asetnya pada tahun 2020 belum dihitung. Tapi dari seluruh lembaga dakwah yang berkegiatan di sekitar masjid Kapal Munzalan tiap bulannya menghasilkan omzet rata-rata sekitar Rp 7,5 milyar per bulan. Angka itu kalau dikalikan 12 bulan, ketemu di angka Rp 90 milyar.
Nah, dengan menggunakan metode Bosman Mardigu itu, kita asumsikan saja bahwa nilai aset Masjid Kapal Munzalan setara dengan nilai pemasukan dalam setahun, yaitu Rp 90 milyar.
Sekali lagi data ini bukan data riil ya. Hanya data yang bersifat kalkulatif saja. Nilai sesungguhnya bisa lebih, tapi kalau kurang kayaknya nggaklah. 😊
Nah sekarang kita bisa punya gambaran matermatis tentang kinerja Gurunda Ustaz Luqmanulhakim sebagai seorang CEO.
Bahwa di bawah kepemimpinan beliau, nilai aset Masjid Kapal Munzalan yang semula hanya sebesar Rp 1,5 milyar (2012), lalu berkembang menjadi Rp 90 milyar pada tahun 2020. Artinya dalam 8 tahun nilai aset “perusahaan” ini naik sebanyak 60 kali lipatnya!
60 kali lipat itu bukan naik 100 persen lho. Kalau naik 100 persen berarti naik dua kali lipatnya. Sementara 60 kali lipat itu kalau dipresentasekan, kenaikannya sebanyak 6000%. Masyaallah!
Sobat sekalian, sungguh tak mudah mengembangkan nilai aset sebuah organisasi. Bagi teman-teman yang saat ini berprofesi sebagai pengusaha, tentu tahu persis betapa sulitnya mengembagnkan nilai aset perusahaan. Jangankan berlipat menjadi 60 kali dalam 8 tahun, untuk mempertahankan nilai aset agar tak berkurang dari tahun ke tauhn saja, susahnya minta ampun. Betul gak? Hahaa.
Prestasi Gurunda Ustaz Luqmanulhakim dalam mengelola aset Masjid Kapal Munzalan itu tentu tidak diwujudkan sendirian oleh Ustaz Luqmanulhami sendirian, tapi berkolaborasi dengan teramat banyak sahabat muda yang mengabdi di Masjid Kapal Munzalan. Namun, pemimpin puncaknya atau CEO nya adalah Ustaz Luqmanulhakim. Beliaulah yang menjadi nahkoda, direjen yang memimpin dinamika seluruh Anak Buah kapal atau ABK yang mengabdi di Masjid itu.
*
Lalu apa yang bisa kita pelajari dari Gurunda Ustaz Luqmanulhakim sebagai seorang CEO?
Jawabannya, banyak! Hahaa.
Dan Insyaallah Masjid Enterprise akan memfasilitasi para sahabat yang ingin belajar langsung dengan beliau. Silahkan bargabung dengan grup wa yang kami sediakan untuk mendapatkan informasi terupdate dari Masjid Enterprise.
Baik, tapi kayaknya bolehlah saya sampaikan beberapa pembelajaran dari Gurunda ustaz Luqmanulhakim.
Salah satunya adalah sebuah tips kepemimpinan yang sering disampaikan oleh Gurunda ustaz Luqmanulhakim kepada para sahabat-sahabat di Masjid Kapal Munzalan. Pembelajaran itu adalah KERJA BERJAMAAH.
Istilah berjamaah itu sering kita dengar. Namun jarang orang memahaminya. Berikut saya sampaian pembelajaran dari Gurunda ustaz Luqmanulhakim tentang KERJA BERJAMAAH.
Dalam sebuah momentum, Gurunda Ustaz Luqmanulhakim itu pernah menjelaskan istilah kerja berjamaah dengan kalimat yang sangat sederhana. “Syarat kerja berjamaah itu harus ada pemimpinnya, dan pemimpinnya haruslah ditaati oleh makmumnya”
Begitu dulu tipsnya. Insyaallah pembelajaran tentang Kerja berjamaah ini dari Gurunda Ustaz Luqmanulhakim ini akan kita pelajari lebih lanjut dalam sebuah pelatihan yang akan kita gelar nantinya.
Semoga bermanfaat.
Salam Takzim
Beni Sulastiyo
#masjidenterprise @masjidbillionaire